Edukasippkn.com
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan
Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah berusaha mengembangkan Sistem Sekolah
Aman Asap. Uji coba secara sederhana telah terbukti sukses di SD Negeri
Percobaan Kota Padang, pada 27-28 Oktober lalu. Nilai Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU) di Kota Padang saat itu 288, sedangkan nilai ISPU setelah
pemasangan sistem instalasi udara di kelas turun menjadi 78.
“Tujuan
Sistem Sekolah Bebas Asap ini untuk menyiapkan sekolah dengan kualitas udara
yang aman sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan normal pada saat terdapat
kondisi kabut asap,” kata pakar dari ITB, Zeily Nurachman, dalam rapat
koordinasi (rakor) penanggulangan dampak bencana asap di Kantor Kemendikbud,
Jakarta, (29/10/2015). Rakor dihadiri para pejabat Kemendikbud dan perwakilan
dinas pendidikan dari 66 kabupaten/kota di Indonesia yang terkena bencana asap.
Kepada
peserta rakor, Zeily menjelaskan inovasi penyaring udara agar bisa digunakan di
kelas sehingga siswa tetap bisa belajar. Inovasi tersebut, katanya, disebut
bungker perlindungan asap dengan konsep menggunakan peralatan murah meriah
untuk mengisolasi ruangan dari partikel berbahaya asap sehingga bisa digunakan
untuk belajar.
Ia
mengatakan, saat uji coba di SD Negeri Percontohan Kota Padang, bahan-bahan
yang digunakan cukup sederhana, yaitu kasa filter/penyaring, aquarium
kecil/ember, kipas angin dan tumbuhan ganggang atau alga hijau. Pertama, semua
ventilasi ruangan kelas ditutup dengan kasa penyaring air aquarium atau bisa
diganti dengan kain basah. Kemudian sediakan aquarium ukuran kecil atau bisa
diganti dengan ember. Lalu ganggang atau alga hijau untuk diletakkan dalam
aquarium. Terakhir kipas angin untuk mendorong percepatan sirkulasi udara.
"Cara
kerjanya, semua ventilasi ruangan ditutup dengan kasa penyaring atau kain. Ini
untuk menyaring udara yang masuk ke ruangan," katanya. Sedangkan jika
menggunakan kain, maka kain harus dibasahi sekali 30 menit agar proses
penyaringan lebih baik.
Zeily
menuturkan, udara yang lolos dari penyaringan ini akan disaring lagi secara
alami oleh ganggang dalam akuarium. Secara alami, tuturnya, makanan ganggang
itu adalah partikel asap yang membahayakan kesehatan manusia, jadi semakin
banyak ganggang akan semakin baik. Kemudian kipas angin dihidupkan untuk
mempercepat sirkulasi udara. Meski cara
itu sangat sederhana, terbukti efektif menurunkan nilai ISPU di dalam kelas.
Zeily melakukan uji coba itu di SDN Percontohan Kota Padang dengan dibantu Staf
Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta.
Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Syamsulrizal
mengatakan, sistem instalasi yang diujicobakan itu cukup sederhana dan bisa
dilakukan guru dan siswa bersama-sama. “Biayanya kami hitung sat uji coba itu,
hampir Rp. 2 juta rupiah untuk pemasangan tiap kelas,” katanya. Hasil
penghitungan itu, ujar Syamsulrizal, termasuk pembelian aquarium, kasa filter
untuk menutup ruang kelas, kipas angin, serta tumbuhan ganggang atau alga
hijau.
Zeily
mengatakan, dalam mengembangkan Sistem Sekolah Aman Asap, ada yang prinsip yang
harus dipenuhi, yaitu terbukti, mudah, murah, edukasi, mumpuni dan kontinyu.
Pemasangan penyaring udara di dalam kelas pada SDN Percobaan Kota Padang itu
terbukti memenuhi lima prinsip tersebut. (Desliana Maulipaksi)
0 Response to "Sistem Sekolah Aman Kabut Asap"
Posting Komentar