Kenyataan
bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat
majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti.
Dengan
meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagibagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih
berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam
oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.)
Apa
yang dikatakan sebagai ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian
besar berasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan
dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta
kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat.
Sedangkan
menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik
(Nasikun, 1993: 33):
a.
Terjadinya
segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
b.
Memiliki
struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembagalembaga yang bersifat
non-komplementer;
c.
Kurang
mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar;
d.
Secara
relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain;
e.
Secara
relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi;
f.
Adanya
dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompokkelompok yang lain. Walaupun
karakteristik masyarakat majemuk sebagaimana dikemukakan oleh Pierre L. van den
Berghe sebagaimana di atas tidak sepenuhnya mewakili kenyataan yang ada dalam
masyarakat Indonesia, akan tetapi pendapat tersebut setidak-tidaknya dapat
digunakan sebagai acuan berfikir dalam menganalisis keadaan masyarakat
Indonesia.
Struktur
masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang unik. Secara horizontal
masyarakat Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta
perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia
ditandai oleh adanya perbedaanperbedaan vertikal antara lapisan atas dan
lapisan bawah yang cukup tajam. (Nasikun, 1993: 28).
Dalam
dimensi horizontal kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari adanya
berbagai macam suku bangsa seperti suku bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku
bangsa Batak, suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Dayak, dan masih banyak yang
lain. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, ternyata
terdapat perbedaan yang cukup signifikan di antara para ahli tentang indonesia.
Hildred
Geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia
dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing. Sedangkan Skinner
menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan adat
istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku
bangsa yang disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat unsur-unsur
keragaman pada masing-masing suku bangsa tersebut. Namun seberapa jumlah suku
bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Sebelum
kita menanggapi diri kita ini sebagai bangsa Indonesia, suku-suku bangsa ini
biasa dinamakan bangsa, seperti bangsa Melayu, bangsa Jawa, bangsa Bugis, dan
sebagainya. Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah
tempat kediaman nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya
dinyatakan melalui mitos yang meriwayatkan asal usul suku bangsa yang
bersangkutan. Anggota masing-masing suku bangsa cenderung memiliki identitas
tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang bersangkutan, sehingga dalam keadaan
tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan, solidaritas dengan sesama suku
bangsa asal. (Bachtiar, 1992: 12).
Berkaitan
erat dengan keragaman suku sebagaimana dikemukakan di atas adalah keragaman
adat-istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa yang ada di
Indonesia masing masing memiliki adat-istiadat, budaya, dan bahasanya yang
berbeda satu sama lain, yang sekarang dikenal sebagai adat-istiadat, budaya,
dan bahasa daerah. Kebudayaan suku selain terdiri atas nilai-nilai dan
aturan-aturan tertentu, juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan tertentu,
pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebanyak suku bangsa yang ada di
Indonesia, setidaktidaknya sebanyak itu pula dapat dijumpai keragaman
adat-istiadat, budaya serta bahasa daerah di Indonesia.
Di
samping suku-suku bangsa tersebut di atas, yang bisa dikatakan sebagai suku
bangsa asli, di Indonesia juga terdapat kelompok warga masyarakat yang lain
yang sering dikatakan sebagai warga peranakan. Mereka itu seperti warga
peranakan Cina, peranakan Arab, peranakan India. Kelompok warga masyarakat
tersebut juga memiliki kebudayaannya sendiri, yang tidak mesti sama dengan
budaya suku-suku asli di Indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang Cina,
budaya orang-orang Arab, budaya orang-orang India, dan lain-lain. Kadang-kadang
mereka juga menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal, sehingga di
kota-kota besar di Indonesia dijumpai adanya sebutan Kampung Pecinan, Kampung
Arab, dan mungkin masih ada yang lain.
Keberagaman
suku bangsa di Indonesia sebagaimana diuraikan di atas terutama disebabkan oleh
keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau
yang sangat banyak dan letaknya yang saling berjauhan. Dalam kondisi yang
demikian nenek moyang bangsa Indonesia yang kira-kira 2000 tahun SM secara
bergelombang datang dari daerah yang sekarang dikenal sebagai daerah Tiongkok
Selatan, mereka harus tinggal menetap di daerah yang terpisah satu sama lain.
Karena
isolasi geografis antara satu pulau dengan pulau yang lain, mengakibatkan
masing-masing penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup lama mengembangkan
kebudayaannya sendiri-sendiri terpisah satu sama lain. Di situlah secara
perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan bahwa mereka
masing-masing berasal dari satu nenek moyang, dan memiliki kebudayaan yang
berbeda dari kebudayaan suku yang lain.
Kemajemukan
lainnya dalam masyarakat Indonesia ditampilkan dalam wujud keberagaman agama.
Di Indonesia hidup bermacam-macam agama yang secara resmi diakui sah oleh
pemerintah, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Di
samping itu masih dijumpai adanya berbagai aliran kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat.
Keragaman
agama di Indonesia terutama merupakan hasil pengaruh letak Indonesia di antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang menempatkan Indonesia di tengah-tengah
lalu lintas perdagangan laut melalui kedua samodra tersebut. Dengan posisi yang
demikian Indonesia sejak lama mendapatkan pengaruh dari bangsa lain melalui
kegiatan para pedagang, di antaranya adalah pengaruh agama. Pengaruh yang
datang pertama kali adalah pengaruh agama Hindu dan Budha yang dibawa oleh para
pedagang dari India sejak kira-kira tahun 400 Masehi.
Pengaruh
yang datang berikutnya adalah pengaruh agama Islam datang sejak kira-kira tahun
1300 Masehi, dan benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas sepanjang
abad ke15. Pengaruh yang datang belakangan adalah pengaruh agama Kristen dan
Katholik yang dibawa oleh bangsa-bangsa Barat sejak kira-kira tahun 1500
Masehi.
Sesuai
dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kondisi perbedaan dalam masyarakat
Indonesia sebagaimana dimaksud terkait dengan beberapa faktor yang saling berkaitan
satu sama lain. Faktor-faktor tersebut secara garis besar meliputi faktor
historis, faktor ekologis, dan faktor perubahan sosial budaya.(Mutakin,
1998:29). Faktor historis merupakan faktor yang berkaitan dengan sejarah asal
mula terbentuknya masyarakat Indonesia, faktor ekologis merupakan faktor yang
terkait dengan kondisi fisik geografis Indonesia, dan faktor perubahan sosial
yang terjadi seiring dengan perjalanan waktu masyarakat membangun kehidupan
bersama.
0 Response to "Pluralitas Masyarakat Indonesia "
Posting Komentar