Dalam
mencapai tujuan dan cita –cita nasional Sikap dan perilaku Bangsa berbeda-beda.
Hal tersebut terjadi karena wawasan nasional setiap bangsa tidak sama. Wawasan
Nasional suatu Bangsa ditentukan oleh berbagai faktor seperti kesejahteraan,
kondisi dan konstelasi geografis, serta kondisi social budayanya. Sementara itu
Bangsa yang memiliki kesamaan dalam factor tersebut, belum tentu pula sama
wawasan nasionalnya karena ada factor subyektif yang berperan.
Oleh
karena itu, wawasan nasional Indonesia, seperti halnya wawasan nasional bangsa
atau Negara lain akan bersifat khas.
Enam
konsepsi yang menjadi elemen wawasan nasional Indonesia ialah persatuan dan
kesatuan, Bhineka Tunggal Ika, Kebangsaan, Negara kebangsaan, Negara Kepulauan
dan Geopolitik, pada dasarnya dapat di pandang dari 2 dimensi pemikiran, yaitu
dimensi kewilayahan dengan segenap isi di dalamnya, atau yang di sebut realita
dan dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara atau yang di sebut
sebagai fenomena kehidupan.
Dimensi
kewilayahan, mengandung pemahaman bahwa wilayah beserta isinya merupakan
realita sesuatu yang diterima atau merupakan karunia Tuhan sebagai apa adanya.
Dimensi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang di serap dari inetraksi
antara Bangsa beserta aspirasi dan cita-citanya dengan wilayah beserta isinya
yang beraneka ragam, merupakan fenomena social.
Wilayah
beserta isinya yaitu kondisi dan konstelasi geografis, kekayaan alam, serta
kependudukan, dapat didayagunakan sebesar-besar kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Sedangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, demi tercapai
kesejahteraan bersama bangsa Indonesia diselenggarakan dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan Bangsa serta kesatuan wilayah Nasional Indonesia.
Agar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat terselenggara seperti
yang diharapkan, maka keinginan tersebut perlu sinergi dalam satu keinginan
bersama yang dinyatakan melalui aspirasi nasional. Sehubungan dengan hal itu,
meskipun bangsa Indonesia mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
nasional, ciri khas daerah atau kelompok masyarakat tetap dihormati dan
dikembangkan. Demikian pula, Status sebagai satu Bangsa Indonesia tidak melebur
suku bangsa yang ada, tetapi menghimpunnya dalam kehidupan bersama tanpa ada
dominasi satu suku terhadap suku lainnya.
Sama
halnya dengan penggunaan satu bahasa nasional, bahasa Indonesia, Hal itu tidak
berarti tidak mematikan bahasa daerah sebagai bahasa kelompok.
Selain
kita dihadapkan pada tantangan internal di atas, Dewasa ini kita menyaksikan
bahwa kehidupan Individu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedang
mengalami perubahan yang sangat dasyat. Faktor utama yang mendorong perubahan
yang cepat tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang di bawa Negara maju
dengan kekuatan penetrasi globalnya. Dalam kaitan dengan hubungan antar bangsa
maka nilai-nilai kehidupan baru tersebut merupakan tantangan bangsa dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama Bangsa Indonesia.
Beberapa
teori atau konsep dengan nilai-nilai baru tersebut, antara lain :
a.
Pemberdayaan
Masyarakat oleh John Naisbit dalam bukunya “Global Paradox”, Ia menulis “To Be
a Global Powers, The Company must give more to the smallest part.” Yang intinya
Negara harus dapat memberikan peranan sebesar besarnya kepada kemakmuran
rakyat. Dengan memberikan peran dalam bentuk aktifitas dan partisipasi
masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh
Negara-negara yang sudah maju yang menjalankan Bottom-Up Planning (Perencanaan
dari bawah). Sedangkan Negara-negara berkembang seperti NKRI masih melaksanakan
program Top-Down Planning (Perencanaan terpusat) karena keterbatasan kualitas
SDM, karena itu NKRI memerlukan landasan operasional berupa Program Pembangunan
Nasional (Propernas).
b.
Kenichi
Omahe dengan dua bukunya yang terkenal Boderless World dan The End of Nation
State mengatakan bahwa dalam perkembangan masyarakat global dan politik
relative masih tetap, namun kehidupan dalam suatu Negara tidak mungkin dapat
membatasi kekuatan global yang berupa informasi, Investasi, Industri dan
konsumen yang semakin Individualis.
c.
Sloan
dan Zureker, dalam bukunya Dictionary of Economics, menyebutkan bahwa
kapitalisme meruopakan suatu system ekonomi berdasarkan hak milik swasta atas
macam-macam barang, dan kebebasan Individu utuk mengadakan perjanjian dengan
pihak lain, untuk berkecimpung dalam aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri
berdasarkan kepentingannyaa sendiri. Di Era baru kapitalisme, system ekonomi
untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktifitas secara luas dan
mencakup semua aspek kehidupan masyarakat memerlukan strategi baru, yaitu
adanya keseimbangan antara kepentingan Individu dengan kepentingan masyarakat.
d.
Lester
Thurow, dalam bukunya The Future of Capitalism, Ia menegaskan antara lain bahwa
untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme, kita harus membuat strategi
baru, yaitu keseimbangan antara paham Individualistik dan Paham Sosialis. Era
Baru kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi, Negara-negara kapitalis,
yaitu Negara-negara maju berusaha mempertahankan eksistensinya di bidang
ekonomi dengan menekan Negara-negara berkembang melalui isu global, yang
mencakup demokratisasi, HAM dan Lingkungan Hidup. Strategi baru yang ditekankan
oleh Lester Thurow pada dasarnya tidak tertuang dalam nilai-nilai falsafah
Bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang mengamanatkan kehidupan yang serasi,
selaras dan seimbang antar Individu, Masyarakat, Bangsa serta Alam semesta.
e.
Hezel
Henderson dalam bukunya Building Win Win World mengatakan bahwa perlu ada
perubahan nuansa perang ekonomi menjadi masyarakat dunia yang bekerjasama
memanfaatkan
a.
teknologi
yang bersih lingkungan dalam rangka menjamin kelestarian lingkungan hidup,
serta mewujudkan pemerinta yang lebih demokratis.
f.
Ian
Marison dalam bukunya The Second Curve menjelaskan bahwa dalam era baru timbul
adanya peran pasar, konsumen dan teknologi baru yang lebih besar yang membantu
terwujudnya masyarakat baru. Dari uraian di atas tampak bahwa dalam Era
Reformasi, kesadaran persatuan dan kesatuan masyarakat mengalami penurunan.
Anak-anak bangsa belum sepenuhnya sadar bahwa sebagai warga Negara, mereka
harus selalu mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi dan
golongan.Kondisi ini merupakan Tantangan Wawasan Nusantara.
Dari
uraian di atas, tugas kita sebagai bagian dari kesatuan Bangsa adalah mensikronisasikan
realita terhadap kecenderungan penyimpangan wawasan nusantara baik dari sisi
wadah, isi maupun tata laku semua komponen bangsa dengan pedoman perwujudan
wawasan nusantara sebagai berikut :
a).
Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik.Artinya :
1.
kebulatan
wilayah nasional dgn segala isinya dn kekayaaannya merupakan satu kesatuan
wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa serta menjadi
modal dan milik bersama bangsa
2.
Bangsa
Indonesia terdiri berbagai suku, bahasa, agama merupakan satu kesatuan bangsa
yang bulat dlm arti luas.
3.
Secara
psikologis bangsa Indonesia harus merasa senasib sepenanggungan.
4.
Pancasila
satu2nya Falsafah serta ideologi bangsa dn negara yg melandasi, membimbing, dan
mengarahkan bangsa menuju tujuannya
5.
Kehidupan
politik di seluruh Indonesia merupakan satu kesatuan politik yg diselenggarakan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6.
Seluruh
Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem Hukum.
7.
Bangsa
Indonesia hidup berdampingan dgn bangsa lain, ikut menciptakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui politik
luar negeri bebas aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional
b).
Dalam bidang ekonomi :
1.
Kekayaan
Nusantara adalah milik bersama bangsa dn kebutuhan hidup se-hari-hari harus
tersedia diseluruh tanah air .
2.
Tingkat
Perkembangan Ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa
meninggalkan ciri khas yg dimiliki oleh masing2 daerah dlm pengembangan
ekonominya.
3.
Kehidupan
perekonomian diseluruh INDONESIA merupakan satu kesatuan ekonomi yg
diselenggarakan sbg usaha bersama atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4.
Masy
Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan bangsa yg
serasi dgn terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yg sama serta adanya
kesetaraan yg sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa.
c).
Dalam Bidang Budaya : Budaya Indonesia adalah satu, sedangkan corak ragam
budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya bangsa yg menjadi modal dan
landasan pengembangan budaya
bangsa
seluruhnya dan tdk menolak nilai2 budaya lain yg tdk bertentangan dgn nilai
budaya bangsa yg hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa Indonenesia
1.
Penataan
Daerah melalui Otda dengan menjunjung empat Pilar Kebangsaan.
2.
Pengembangan
Infrastruktur Transportasi dan Komunikasi agar dapat menjangkau seluruh wilayah
NKRI.
3.
Pemerataan
Pembangunan seluruh wilayah NKRI yg menjangkau pulau2 terdepan diperbatasan
negara dan daerah tertinggal.
4.
Pengembangan
Postur TNI shg mampu mengamankan Wilayah Nasional.
Dapat
di ambil kesimpulan bahwa Wawasan Nusantara sebagai cara pandang Bangsa
Indonesia dan sebagai Visi Nasional yang mengutamkan persatuan dan kesatuan
Bangsa masih tetap sah (Solid) baik untuk saat sekarang maupun masa mendatang.
0 Response to "Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara dalam Era Globalisasi"
Posting Komentar