Edukasippkn.com - Pentingnya
peranan pemilih pemula karena sebanyak 20 % dari seluruh pemilih adalah pemilih
pemula, dengan demikian jumlah pemilih pemula sangatlah besar, sehingga hak warga
negara dalam menggunakan hak pilihnya janganlah sampai tidak berarti akibat
dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan, misalnya jangan sampai sudah
memiliki hak pilih tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak terdaftar
atau juga masih banyak kesalahan dalam menggunakan hak pilihnya, dll.
Siapapun
itu yang bisa merebut perhatian kalangan akan dapat merasakan keuntungannya. Lahirnya
dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung membawa dampak pencitraan yang
sangat berarti. Setidaknya untuk pengamanan proses regenerasi kader politik
kedepan, meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ketiadaan dukungan dari
kalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi target-target suara pemilu yang telah
ditetapkan tiap-tiap parpol.
Namun
demikian objek kajian politis ini semestinya tidak berhenti pada kerangka hitungan.
Jauh lebih mendalam yakni meletakkan komponen ini pada kerangka pendidikan politik
yang lebih mencerdaskan. Kini perlu ada pembenahan sudut pandang didalam menempatkan
kalangan tersebut pada ruang politik yang lebih luas. Apa itu? Yakni meletakkan
pelajar sebagai subjek pendidikan politik itu sendiri, tidak melulu sebagai
objek politik.
Selama
ini, secara umum, pemuda (pelajar) sebagaimana masyarakat umum selalu menjadi objek
politik. Mereka hanya dilirik untuk hitungan suara saja, tidak lebih.
Hal
ini tentu mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan politik itu sendiri
selama ini, yakni pencerdasan politik. Tidak bermaksud menafikan progress
perbaikan kesadaran politik yang ada, salah satu fakta yang masih bisa di
temui, masih didapatinya pemilih yang sekedar memilih atau asal ikut tanpa
diikuti dengan kepahaman dan kesadaran.
Penggunaan
hak politik nampaknya tidak diiringi dengan pendidikan politik (political education) yang memadai.
Akibatnya
bisa dirasakan ketiadaan kesadaran politik yang hadir disetiap kenampakan partisipasi
yang mereka lakukan. Hal ini tidak lebih dari sekedar aksi ritual yang lebih
mensyaratkan untuk digugurkan, tanpa makna, semoga bukan sebagai aksi apatisme akut
akibat kejenuhan emosional.
Selama
sudut pandang ini tidak mengalami perubahan, sudah bisa dipastikan hanya akan
memicu lahirnya “eksploitasi politik” dikalangan pemilih pemula ini. Selamanya
mereka hanya akan menjadi objek penderita, dan objek kepentingan dari
sekelompok golongan yang menginginkan dukungan suara semata.
Beberapa
bulan terakhir telah begitu banyak partai politik yang telah menetapkan
kalangan pelajar, pemilih pemula, sebagai target dukungan suara. Partai-partai
politik secara terbuka mensosialisikan dirinya melalui media massa menyatakan
siap merangkul kalangan ini. Fasilitasi-fasilitasi yang dikhususkan untuk
kalangan pemuda disiapkan sedemikian rupa memungkinkan mereka untuk berekspresi
sesuai minat dan hobi. Secara mengejutkan beberapa partai politik telah
menyiapkan serangkaian program yang cukup fantastis untuk bisa menarik minat
pelajar untuk terlibat secara aktif.
Terlepas
begitu banyaknya program yang dibuat yang terpenting saat ini untuk diketahui apakah
program-program ini telah memiliki tujuan pendidikan politik yang jelas? Apakah
hasilnya bisa terukur secara kualitatif selain hitungan kuantitatif pada waktu
pencoblosan?
Setidaknya
ada beberapa hal yang mesti menjadi out put dari program-program tersebut untuk
diperhatikan, pertama mampu menumbuhkan kesadaran berpolitik sejak dini. Kedua,
mampu menjadi aktor politik dalam lingkup peran dan status yang disandang. Ketiga,
memahami hak dan kewajiban politik sebagai warga negara secara baik. Keempat, secara
bijak mampu menentukan sikap dan aktivitas politiknya.
Referensi artikel : Modul 1 - Pemilu Untuk Pemula
Referensi artikel : Modul 1 - Pemilu Untuk Pemula
0 Response to "Peran Pentingnya Pemilih Pemula Dalam Pemilu"
Posting Komentar