Kita dapat melihat bahwa banyak ilmuwan politik yang
menemukan hakikat pengertian dan batasan sosialisasi politik yang satu dengan
lainnya tak jauh berbeda. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Gabriel A. Almond (1974: 44)
Almond mengungkapkan bahwa sosialisasi politik
menunjuk pada proses di mana sikap-sikap politik dan pola-pola tingkah laku
politik diperoleh atau dibentuk dan juga merupakan sarana bagi suatu generasi
untuk menyampaikan patokanpatokan politik dan keyakinan-keyakinan politik
kepada generasi berikutnya.
2.
Ramlan Surbakti (1992: 117)
Menurut Surbakti, sosialisasi politik merupakan
proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.
3.
Kenneth P. Langton (Haryanto, 1992: 36)
Langton menyatakan bahwa sosialisasi politik adalah
cara bagaimana masyarakat meneruskan kebudayaan politiknya.
4.
Richard E. Dawson (Haryanto, 1992: 37)
Dawson menyebutkan bahwa sosisalisasi politik dapat
dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai, dan
pandangan-pandangan politik dari orangtua, guru, dan sarana-sarana sosialisasi
yang lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
Bertolak dari beberapa pengertian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian sosialisasi politik dapat diartikan sebagai
suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau budaya politik ke dalam
suatu masyarakat.
Menurut Alfian (1993: 243), ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam memahami sosialisasi politik, yaitu sebagai berikut :
1. Sosialisasi politik hendaknya dilihat sebagai suatu proses yang berjalan
terus menerus selama peserta itu hidup.
2. Sosialisasi politik dapat berwujud transmisi yang berupa pengajaran
secara langsung dengan melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau
perasaanperasaan mengenai politik secara tegas. Proses itu berlangsung dalam
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau kontak
politik langsung.
Beberapa definisi tersebut tampak memiliki kesamaan
dan secara sama mengetengahkan segi pentingnya sosialisasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Sosialisasi itu tidak perlu dibatasi pada usia anak-anak dan remaja saja
(walaupun periode ini paling penting), tetapi sosialisasi berlangsung sepanjang
hidup.
2. Bahwa sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas
sosial dan baik secara eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku
sosial.
3. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, di mana pembelajaran
tersebut diperoleh dari pengalaman/pola-pola aksi.
4. Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok
dalam batas-batas yang luas dan lebih khusus berkenaan pengetahuan atau
informasi, motif-motif (nilai-nilai), dan sikap-sikap.
Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk
memelihara sistem politik dan pemerintahan yang resmi. Apa jadinya suatu negara
atau bangsa jika warga negaranya tidak tahu warna bendera sendiri, lagu
kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, ataupun pemerintah yang tengah
memerintahnya sendiri? Mereka tentunya akan menjadi warga negara tanpa
identitas.
Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Prof.
Dr. Damsar (2010: 166-171) mengungkapkan, bahwa terdapat lima cara, yaitu
sebagai berikut :
1.
Imitasi
Peniruan (imitasi) merupakan mekanisme sosialisasi
yang paling dikenal oleh umat manusia. Apa yang dikenal dan dipahami pertama
kali dalam hidup seorang anak manusia didapatkan melalui proses peniruan.
Proses peniruan merupakan suatu bentuk transmisi awal terhadap nilainilai, pengetahuan,
kepercayaankepercayaan, sikap, dan harapan, termasuk dalam aspek politik dari kehidupan
kepada anak-anak oleh orang yang lebih dewasa, terutama orang tua dalam
keluarga. Proses ini dikenal sebagai sosialisasi primer, yaitu proses
pembentukan identitas seorang anak menjadi pribadi atau diri (self).
2.
Instruksi
Perintah (instruksi) merupakan penyampaian sesuatu
yang berisi amar atau keputusan oleh orang atau pihak yang memiliki kekuasaan
(ordinat) kepada orang yang tunduk atau dipengaruhi orang yang memiliki kekuasaan
(subordinat) untuk dilaksanakan. Instruksi politik biasanya berlangsung pada
institusi yang berkait dengan aspek politik dari kehidupan seperti negara dan partai
politik.
3.
Desiminasi
Desiminasi politik sering dilakukan oleh para
anggota legislatif dan aparat birokrasi untuk memberitahu atau menyebarluaskan
informasi tentang suatu agenda politik. Aparatur birokrasi, misalnya, melakukan
desiminasi pemilihan
legislatif, presiden, dan kepala daerah melalui
pertemuan tatap muka (seminar atau pelatihan), penyebaran pamflet, baliho, dan
media massa seperti surat kabar, radio, dan televisi. Sedangkan anggota
legislatif, misalnya, mendesiminasi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945 yang telah diamandemen ke berbagai unsur masyarakat di seluruh
Indonesia. Desiminasi lebih bersifat penyebarluasan informasi politik, sehingga
kelompok sasaran memiliki pengetahuan tentang apa yang didesiminasi.
4.
Motivasi
Motivasi politik merupakan suatu mekanisme
sosialisasi politik untuk membentuk sikap, kalau bisa pada tahap perilaku,
seseorang atau kelompok orang tentang suatu nilai-nilai, pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan, sikap politik, dan harapan politik tertentu. Agen yang
mampu melakukan motivasi adalah mereka yang memiliki suatu derajat kepercayaan
tertentu terhadap orang atau kelompok orang yang dimotivasi seperti orang tua,
pemimpin (formal dan informal), dan kelompok rujukan atau mereka yang memiliki
keahlian dan kompetensi sebagai motivator seperti orator, konselor, konsultan,
dan lainnya. Motivasi politik tidak hanya ditujukan untuk perubahan sikap
tetapi juga perilaku seperti yang diharapkan.
5.
Penataran
Pada masa Orde Baru dahulu, kita telah diperkenalkan
dengan suatu mekanisme sosialisasi politik bernama penataran, yang dimasyhurkan
dengan nama penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Sesuai
dengan namanya, penataran P4 merupakan suatu bentuk sosialisasi politik untuk menanamkan
nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, sikap, dan perilaku yang
sesuai dengan Pancasila.
Terdapat sekian butir tuntunan nilai, sikap, dan perilaku yang dipandang Pancasilais, ditatar dalam suatu pertemuan yang relatif panjang untuk diwujudkan atau diimplementasikan ke dalam sikap dan perilaku keseharian. Berpijak pada pengertian sosialisasi politik dan cara-cara sosialisasi politik di atas, maka diperlukan sarana-sarana atau agen-agen sosialisasi politik sebagai sarana pendidikan politik.
Terdapat sekian butir tuntunan nilai, sikap, dan perilaku yang dipandang Pancasilais, ditatar dalam suatu pertemuan yang relatif panjang untuk diwujudkan atau diimplementasikan ke dalam sikap dan perilaku keseharian. Berpijak pada pengertian sosialisasi politik dan cara-cara sosialisasi politik di atas, maka diperlukan sarana-sarana atau agen-agen sosialisasi politik sebagai sarana pendidikan politik.
0 Response to "Cara Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik"
Posting Komentar