Jarak yang jauh antara elite politik dan rakyat
pemilih menampilkan dua wajah politik berbeda. Elite politik menampilkan
perilaku berubah-ubah, tidak konsisten, selama masa menuju pemilu dan
sesudahnya. Rencana koalisi yang dikabarkan melalui media cetak dan elektronik
berubah-ubah setiap saat.
Hampir tiap hari menjelang pemilu lalu, halaman depan
koran menampilkan foto dua ketua umum partai berbeda-beda (bahkan diketahui selama
ini berseberangan) saling berkunjung. Mereka berdampingan sambil bersalaman seolah
menunjukkan kemauan untuk berkoalisi. Pascapemilu, tampilan foto-foto ini
berganti topik dengan isu pemilu presiden dan wakil presiden, tetapi dengan
pola kelakuan elite yang sama.
Di kalangan rakyat pemilih, muncul kebingungan,
khususnya karena kian tidak jelas bagi mereka calon anggota legislatif mana
yang akan mereka pilih.
Tidak hanya karena sebagian besar calon anggota
legislatif tidak dikenal, tetapi juga sang caleg umumnya mengandalkan kampanye
tokoh-tokoh puncak partai alias mereka tidak berkampanye sendiri dengan
pemikiran dan program mereka. Banyak warga berjubel di depan papan yang
memasang gambar partai dan caleg pada tempat pemungutan suara (TPS) tanggal 9
April lalu, bingung untuk memilih siapa dan partai apa.
0 Response to "Dua Wajah Politik"
Posting Komentar